memori dimarahi,
Aku cuba lari pergi,
Membenih rasa benci.
Hubungan kita tidak begitu akrab,
Namun, nun dipelusuk hatimu,
Sayang kau padaku cukup kuat.
Masakan tidak, tulang kerat dibanting mencari rezeki.
Demi sesuap nasi.
Ku berpaling pada memori hitam lalu,
Ku sedar, hanya satu.
Sesal.
Sesal.
Sesal.
Sesal.
Rasa sesalku membuak-buak.
Benci yang ku benih dulu tak mampu mengambus rasa sesalku.
Sesalku mengabaikan mu disaat kau masih disisi.
Sesalku tidak menghargai penat lelahmu.
Sesalku tidak memohon ampun disaat kau masih disisi.
Aku tak sehebat yang lain, berjaya dalam hidup mereka.
Mungkin ini padahnya mengabaikan nasihat dan pesananmu.
Aku tak mampu menghadiahkan sebuah Bimmer,
Yang tinggal, hanya bacaan Yaasin mampuku hadiahkan,
Kerna kau pergi disaat aku masih menagih rasa sayangmu.
p/s - Al-Fatihah buat ayahku saudara Yusof bin Ibrahim. Aku masih belum sempat menjadi kawan akrabmu, Moga kau dicucuri rahmat olehNya. Moga kelak disyurga kita dipertemukan kembali.
2 comments:
Great poetry Sebuah. I bet it would be better if I could read in Malay, but for now a translator will do. Take care and thanks for following!
Thanks andy for reading my poetry. I'm not good in writing in english.haha. Hopefully u can understand what i'm trying to say in this poetry. :D
Post a Comment